Koran Jakarta, 24 Maret 2011
LONDON – Gara-gara resesi ekonomi Inggris yang semakin menggila, membuat pemerintah Inggris segera merevisi pertumbuhan ekonomi pada 2011. Mereka pun akhirnya menetapkan bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun ini sebesar 1,7 persen dari target semula yang direncanakan sebesar 2,1 persen. Sedangkan untuk 2012 pertumbuhan ekonomi dipatok 2,5 persen. Sebelumnya, penetapan revisi pertumbuhan ekonomi Inggris mengalami sedikit perbedaan dengan jajak pendapat yang dilakukan sejumlah kalangan ekonom yang dikumpulkan oleh Reuters.
Mereka memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi itu hanya mencapai 1,6 persen di 2011. Sedangkan pada 2012 angka pertumbuhan dipatok sebesar 2,2 persen. “Dengan perubahan target tersebut, diperkirakan inflasi di Inggris maksimal akan menembus 5 persen tahun ini. Sedangkan di 2012, infl asi kemungkinan bertambah sebesar 2,5 persen. Sementara bankbank di Inggris hanya menargetkan pertambahan infl asi sebesar 2 persen,” kata Menteri Keuangan Inggris George Osborne, Rabu (23/3), di London.
Sebelumnya, Osborne juga sudah merevisi laporan anggaran tahunan dan menyerahkannya kepada parlemen Inggris untuk dibahas pada hari ini. Dalam laporan tersebut Osborne berjanji akan memulihkan resesi Inggris melalui rencana pemotongan pajak. Terkait dengan hal itu, sejumlah analis berharap laporan anggaran tersebut mampu mendorong pertumbuhan Inggris di tengah resesi yang menghimpit.
Untuk itu, mereka yakin bahwa laporan itu sudah disusun dengan pertimbangan yang matang agar tidak menimbulkan ketegangan dan membuat Inggris kembali terpuruk. “Pemerintah menjanjikan ‘pro-pertumbuhan’ anggaran, seperti mencantumkan ukuran pajak kecil,” kata analis Ekonomi Kapital, Jonathan Loynes, di London. Asal tahu saja, pajak gaji pegawai di Inggris berkisar 600 poundsterling atau sekitar 692 Euro, sepadan dengan 980 dollar AS. Setidaknya terdapat sekitar 250 ribu wajib pajak yang menyetorkan pendapatan mereka, demikian dalam keterangan yang diterima pers.
Meski demikian, Osborne malah menaikkan pajak penghasilan warga Inggris sejak awal tahun lalu menjadi sebesar 20 persen yang semula besaran pajak hanya 17,5 persen. Akan Konsisten Para ekonom sepakat, Osborne akan konsisten pada rencana pemotongan pajak tersebut. “Ada sedikit ruang bagi perwakilan (konselor) untuk mengalah pada potongan anggaran belanja negara,” kata Daiwa, Ekonom Hetal Mehta kepada AFP. “Saya tidak yakin mereka dapat menyimpang karena banyaknya prosedur yang musti dilalui,” sambungnya lagi.
Saat pemilihan umum tahun lalu, Osborne mengumumkan rencana untuk memangkas pengeluaran hingga miliaran pondsterling demi menutup defi sit anggaran. Hal itu pun lantas memicu resesi di negeri itu. Konsulat Inggris kembali mengingatkan bahwa target pinjaman pada 2011 yang sudah ditetapkan adalah sebesar 148,5 miliar poundsterling atau setara dengan 243 miliar dollar AS. Meski demikian, sampai dengan Februari lalu pinjaman di sektor publik sudah menyentuh angka 11,8 miliar poundsterling di Februari. Akibatnya, sektor publik mengalami defi sit anggaran.
Asal tahu saja, inflasi Inggris sepanjang bulan Februari menembus 4,4 persen dari inflasi bulan Januari yang hanya mencapai 4 persen. Padahal sebelumnya kalangan ekonomi memperkirakan inflasi Inggris hanya mencapai 4,2 persen. Tentunya, kenaikan inflasi itu cukup pesat sejak intervensi Bank Sentral Inggris dalam menaikkan suku bunga bank pada beberapa pekan terakhir ini. Kenaikan infl asi sebesar 0,4 persen itu merupakan kenaikan infl asi tertinggi sejak Oktober 2008.
No comments:
Post a Comment